Minggu, 28 April 2013

metode ilmiah


A.Metode ilmiah
1.    Pengertian
Metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada. Metode secara etimologis berasal dari kat yunani meta yang berarti sesudah dan hodos yang berarti jalan. Jadi metode berarti langkah-langkah yang diambil, menurut urutan tertentu, teknik, atau jalan yang telah dirancang dan dipakai dalam proses memperoleh pengetahuan jenis apapun, baik, pengetahuan humanistik dan historis, ataupun pengetahuan filsafat dan ilmiah[1].
Metode ilmiah merupakan:
a)    Cara untuk mendapatkan pengetahuan secara ilmiah.
b)   Sintesis antara berpikir rasional dan bertumpu pada data empiris.

2.    Karakteristik metode ilmiah
a)    Bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan metode untuk pemecahan masalah.
b)   Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara rasional berdasarkan bukti-bukti yang tersedia.
c)    Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama dengan kondisi yang sama pula
d)   Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan konsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
e)    Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan[2].


3.    Langkah-langkah metode ilmiah, sebagai berikut:

a)    Penemuan atau penentuan masalah
Disini secara sadar kita kita menetapkan masalah yang akan kita telaah dengan ruang lingkup dan batas-batasnya. Ruang lingkup permasalahan ini harus jelas. Demikian juga batas-batasnya, sebab tanpa kejelasan ini kita akan mengalami kesukaran dalam melangkah kepada kegiatan berikutnya, yakni perumusan kerangka masalah.

b)   Perumusan kerangka masalah
Merupakan usaha untuk mendeskripsikan masalah dengan lebih jelas. Pada langkah ini kita mengidentifikasikan faktor-faktor yang terlibat dalam masalah tersebut. Faktor-faktor tersebut membentuk suatu kerangka masalah yang terwujud gejala yang sedang kita telaah.

c)    Pengajuan hipotesis
Merupakan  usaha kita untuk memberikan penjelasan sementara mengenai hubungan sebab akibat yang mengikat faktor-faktor yang membentuk kerangka masalah tersebut. Hipotesis ini pada hakikatnya merupakan hasil suatu penalaran induktif. Dengan mempergunakan pengetahuan yang sudah kita ketahui kebenarannya.



d)   Deduksi dari hipotesis
Merupakan langkah perantara dalam usaha kita untuk menguji hipotesis yang diajukan. Secara deduktif, kita menjabarkan konsekuensinya secara empiris. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa deduksi hipotesis merupakan identifikasi fakta-fakta apa saja yang dapat kita lihat dalam dunia fisik yang nyata, dalam hubungannya dengan hipotesis yang kita ajukan.

e)    Pembuktian hipotesis
Merupakan usaha untuk mengumpulkan fakta-fakta sebagaimana telah disebutkan diatas. Kalau fakta-fakta tersebut memang ada dalam dunia empiris kita, maka dinyatakan bahwa hipotesis tersebut telah terbukti, sebab didukung oleh fakta-fakta yang nyata. Jika hipotesis itu tidak terbukti maka hipotesis itu di tolak kebenarannya dan kita kembali mengajukan hipotesis yang lain, sampai kita menemukan hipotesis tertentu yang didukung oleh fakta.

f)    Penerimaan hipotesis menjadi teori ilmiah
Hipotesis yang telah terbukti kebenarannya merupakan pengetahuan baru dan diterima sebagai bagian dari ilmu. Atau dengan kata lain, hipotesis tersebut sekarang dapat kita anggap sebagai (bagian dari) suatu teori ilmiah. Secara luas, teori ilmiah dapat diartikan sebagai suatu penjelasan teoritis mengenai suatu gejala tertentu. Pengetahuan ini dapat kita gunakan untuk penelaahan selanjutnya, yakni sebagai premis dalam usaha kita untuk menjelaskan berbagai gejala yang lainnya. Dengan demikian, maka proses kegiatan ilmiah sebagai mulai berputar lagi dalam suatu daur, sebagaimana yang telah ditempuh dalam rangka mendapatkan teori ilmiah tersebut.
           
Keseluruhan langkah ini harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah. Meskipun langkah-langkah tersebut tersusun dalam urutan yang teratur, dimana  secara konseptual langkah yang satu merupakan persiapan bagi langkah yang lainnya, namun dalam prakteknya sering terjdi penyimpangan. Umpamanya saja dari langkah pertama melompat ke langkah ketiga kemudian kembali lagi kelangkah kedua lalu kelangkah ketiga lagi dan seterusnya. Hubungan antara langkah-langkah ini tidak bersifat statis, melainkan dinamis, langkah yang satu menjelaskan langkah-langkah yang lainnya. Dengan jalan ini maka ditemukanlah pengetahuan-pengetahuan yang konsisten dengan pengetahuan sebelumnya dan didukung oleh fakta-fakta disekeliling kehidupan kita. Lihat skema langkah-langkah dalam metode ilmiah[3].
           
B. Peran teknologi dalam perkembangan ilmu
            Yang dimaksud dengan teknologi adalah penggunaan yang efisien dari ilmu, ketrampilan, dan bahan untuk memproduksi benda-benda kebudayaan. Dalam teknologi, kerjasama antara pikiran dan tangan merupakan alat yang efektif untuk memproduksi barang. Melalui kerjasama antara pikiran dan tangan, manusia yang tidak lengkap ini mampu bertahan untuk hidup, tidak saja dalam menghadapi binatang buas yang lebih kuat dan secara ilmiah lebih diperlengkapi, tetapi juga dalam menghadapi keganasan alam. Untuk mempertahankan diri terhadap binatang buas misalnya, manusia primitif membuat senjata. Sedangkan untuk mempertahankan diri terhadap perubahan cuaca, mereka membuat baju, tempat tinggal, membuat api, dan lain-lain. Melalui teknologi orang telah mampu memperluas jangkauannya dengan membuat gerobak, kapal, mobil, dan kapal terbang. Disamping memperkuat dan memperluas jangkauan tangan, teknologi mampu juga menyempurnakan organ-organ tubuh yang lainnya. Alat-alat optik misalnya, mampu membantu mata melihat benda-benda yang sangat kecil atau yang letaknya sangat jauh. Telepon dan radio mampu meningkatkan kemampuan manusia dalam mendengar dan komputer dalam memikir.
            Bila dipandang secara keseluruhan maka perkembangan teknologi menunjukkan kemajuan yang terus-menerus. Pada tahap pertama perkembangan kebudayaan, teknologi baru membantu pekerjaan yang dilakukan dengan tangan manusia. Kemudian dengan digunakannya binatang, roda, dan gas, setahap demi setahap tenaga alam menggantikan tenaga manusia. Mesin-mesin makin lama makin disempurnakan dan menjadi lebih kuat sesuai dengan adanya perkembangan di bidang tenaga uap, tenaga listrik, dan tenaga nuklir. Sejalan dengan perubahan setahap demi setahap dari penggunaan secara langsung tangan manusia pada alat-alat dan mesin maka terjadi pula perubahan dari penggunaan hasil alam secara langsung kepada penggunaan hasil bahan-bahan sintesis hasil teknologi.
            Sekarang kemajuan teknologi sudah sampai pada pengembangan otomatisasi. Misalnya sudah bukan lagi pada peningkatan kemampuan organ-organ tubuh manusia, akan tetapi sudah sampai pada meniru perbuatan manusia sebagai suatu sistem tertutup. Dalm otomatisasi, mesin mengambil alih segala pekerjaan yang tadinya dilakukan manusia.
            Kemajuan teknologi ini mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan individual, sosial dan kebudayaan. Dengan adanya peningkatan produksi yang tinggi maka berbagai macam kebutuhan manusia dapat dipenuhi dengan lebih baik. Tetapi dilain pihak teknologi cenderung membuat manusia menjadi suatu unit yang abstrak dari suatu masyarakat dan kebudayaan teknologi. Jad, inti dari masalah kehdupan modern adalah proses menjad abstrak, yang dapat melemahkan kehidupan pribadi dan hubungan sosial. Kepibadan kehilangan perasaan aman, dan dalam kehidupan sosal, perasaan setia kawan menjadi berkurang.
            Teknologi, pada dasarnya adalah suatu hasil dari proses evaluasi secara teoritis dan ekonomis. Proses evaluasi secara teoritis menghasilkan pengetahuan yang diperlukan tentang alam. Sedangkan proses evaluasi secara ekonomis memungkinkan adanya efisiensi dalam pembuatan benda-benda berdasarkan pengetahuan teoritis. Karena itu, prestasi terbesar dari teknologi adalah dalam menghasilkan benda-benda ekonomi. Akan tetapi, tentu saja masalah efisiensi ini juga penting pada benda-benda kebudayaan lainnya.
            Teknologi tidaklah hanya menjangkau benda-benda yang bersifat materi saja. Teknologi daat juga menjangkau ruang lingkup benda-benda nonmateri, seerti konsep, ide, gagasan, cita-cita, norma, dan sebagainya. Dalam ruang lingkup benda-benda nonmateri, peranan benda-benda instrumen seperti isyarat dan simbol sangatlah penting. Bahsa merupakan suatu sistem dari simbol.
            Baik pengetahuan filsafat maupun pengetahuan ilmu tidak dapat menjawab seluruh permasalahan manusia dengan tuntas, atau kebenarannya karena bersifat nisbi (relatif). Apabila kita ingin memperoleh jawaban yang tuntas dari segala permasalahan hidup dan kehidupan manusia maka kita harus mengejar jenis pengetahuan yang terakhir, ialah pengetahuan agama, yang memiliki kebenaran yang mutlak (absolut), karena bersumber dari yang mahamutlak, mahabenar, mahabijaksana, maha pengasih, dan maha penyayang[4].
1.    Pemanfaatan TIK untuk Pendidikan
Pada dasarnya pengaplikasian TIK masih terbatas. TIK belum di gunakan secara meluas kebanyakan hanya di gunakan sebagai alat keperluan komunikasih dari pada sarana keperluan  internatif.
Model pembelajaran campuran yang baru mulai muncul. Pembelajaran tatap muka dan aktivitas belajar online, video, multimedia dan sarana telekomunikasi menunjang berbagai proses pembelajaran, kadangkala dalam bentuk kombinasi dan kadangkala dalam bentuk yang lebih terintegrasi.
TIK sudah menjadi suatu daya penggerak perubahan bidang pendidikan dan mereka adalah suatu bagian integratif dari kebijakan dan rencana pendidikan nasional. Bukti yang berkembang menunjukkan semakin banyak negara yang mulai melengkapi sekolah mereka dengan komputer untuk mencapai reformasi sekolah atau usaha peningkatan sekolah atau bahkan untuk memberi sekolah mereka suatu penampilan modern dan bertenologi.
2.    Upaya Pemberdayaan Internet Untuk Pendidikan
Saat ini dunia telah berada dalam era komunikasi instan atau dikenal pula sebagai era informasi. Era informasi ditandai oleh pesatnya perkembangan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK), khususnya komputer dan internet. Internet merupakan jaringan global yang menghubungkan beribu bahkan berjuta jaringan komputer (local/wide areal network) termasuk komputer pribadi (stand alone), yang memungkinkan setiap komputer yang terhubung kepadanya bisa saling melakukan komunikasi satu sama lain. Sebenarnya, internet awalnya lahir untuk suatu keperluan militer di Amerika Serikat. Pada awal tahun 1969 Advanced Research ProjectAgency (ARPA) dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat, membuat suatu eksperimen jaringan yang diberi namaARPAnet untuk mendukung keperluan penelitian (riset) kalangan militer. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya jaringan ini dipergunakan untuk keperluan riset perguruan tinggi, yang dimulai dengan University of California, Stanford Research Institute dan University of Utah (Cronin, 1996). Fasilitas aplikasi Internet cukup banyak sehingga mampu memberikan dukungan bagi keperluan militer, kalangan media massa, kalangan bisnis, maupun kalangan pendidikan.[5]
Dampak yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi ada yang berdampak positif dan ada juga yang berdampak negatif. Diantaranya dampak terhadap kebutuhan pokok manusia yaitu pada pangan dan sandang. Dan terhadap sumber daya manusia.
Ilmu pengetahuan mempunyai peranan penting dalam perkembangan teknologi. Tetapi dalam berbagai masalah teknologi terdapat unsur yang tidak di jumpai dalam ilmu pengetahuan yaitu dalam masalah pengembalian keputusan. Persyaratan pengambilan keputusan ini mengandung empat unsur, yaitu: Model, persyaratan (kreteria), kendala (coustranit), optimasi.[6]



[1] Filsafat ilmu,ugm
[3] Burhanuddin salam, sejarah filsafat ilmu dan teknologi, (jakarta: PT bineka cipta, 2000), h.22-24.
[4] Burhanuddin salam, sejarah filsafat ilmu dan teknologi, (jakarta: PT bineka cipta, 2000), h.20-22.
[5] Prof. Dr. Mustaji, M.Pd. Disajikan dalam seminar AKAL Interaktif di TB. Gramedia EXSPO Surabaya,Tanggal 29 Januari 2011
[6] Abu Ahmadi , Ilmu Alamiah Dasar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991) h. 109-110

pengertian sejarah pendidikan islam



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Sejarah pendidikan Islam, tidak terlepas dari sumber pendidikan Islam yaitu Allah SAW sebagai sumber utama melalui fiman-firmannya yang terdapat dikitab suci umat Islam yaitu Al-Quran. Sumber yang kedua ialah sunnah Nabi Saw. Yang mana dari beliaulah awal mula timbulnya sejarah pendidikan Islam, melalui sunnahnya. Oleh sebab itu sunnah mencerminkan prinsip, manisfestasi wahyu dalam segala perbuatan, perkataan dan taqriri nabi, maka beliau menjadi tauladan yang harus diikuti. Dalam keteladanan Nabi terkandung pendidikan yang sangat besar artinya, sumber pendidikan Islam selanjutnya adalah perkataan dan perbuatan sahabat yangn merupakan penerus atau yang paling memahami Rasulullah, selanjutnya ijtihad. Sejarah pendidikan Islam amat perlu dipelajari dan dibaca oleh kalangan mahasiswa, calon guru agama Islam dan pengelola pendidikan Islam.
Karna sejak awal perkembangan Islam memperlihatkan kepeduliannya yang amat besar terhadap sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pendidikan , hal ini tidak bisa dilepaskan dari ajaran yang terkandung dalam Al-qur’an dan As-sunnah yang memerintahkan kita untuk selalu menuntut ilmu dengan seluas-luasnya. Oleh dari itu perlu kiranya kita membahas pengertian, obyek, dan metode Sejarah Pendidikan Islam.




BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Sejarah Pendidikan Islam
Sebelum kita mengetahui pengertian sejarah pendidikan islam, sebaiknya mari kita ketahui apa arti dari sejarah itu sendiri dan juga arti dari pendidikan islam.
1.    Pengertian Sejarah
Kata sejarah secara etimologi dapat diungkapkan dalam bahasa Arab yaitu Tarikh, sirah atau ilmu tarikh, yang maknanya ketentuan masa atau waktu, sedang ilmu tarikh berarti ilmu yang mengandung atau yang membahas penyebutan peristiwa dan sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut. Dalam bahasa inggris sejarah dapat disebut dengan history yang berarti uraian secara tertib tentang kejadian-kejadian masa lampau (orderly descriphon of past even).
Adapun secara terminologi berarti sejumlah keadaan dan peristiwa yang terjadi di masa lampau dan benar-benar terjadi pada diri individu dan masyarakat sebagaimana benar-benar terjadi pada kenyataan-kenyataan alam dan manusia[1]. Sedangkan pengertian yang lain sejarah juga mencakup perjalanan hidup manusia dalam mengisi perkembangan dunia dari masa ke masa karena sejarah mempunyai arti dan bernilai sehingga manusia dapat membuat sejarah sendiri dan sejarah pun membentuk manusia[2].
2.    Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam yaitu suatu proses bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta didik ke arah terbentuknya pribadi muslim yang baik[3]. Karena ia merupakan sebagai alat yang dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia (sebagai makhluk pribadi dan sosial) kepada titik optimal kemampuannya untuk memperoleh kesejateraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Dalam hal ini, maka kedayagunaan pendidik sebagai alat pembayaran sangat bergantung pada pemegang alat kunci yang banyak menentukan keberhasilan proses pendidikan[4], yang telah berkembang di berbagai daerah dari sistem yang paling sederhana menuju sistem pendidikan islam yang modern. Dalam perkembangan pendidikan islam didalam sejarahnya menunjukan perkembangan dalam subsistem yang bersifat operasional dan teknis terutama tentang metode, alat-alat dan bentuk kelembagaan adapun hal yang menjadi dasar dan tujuan pendidikan islam tetap dapat dipertahankan sesuai dengan ajaran islam dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah[5].
Pendidikan Islam menurut Zakiah Drajat merupakan pendidikan yang lebih banyak ditunjukkan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain yang bersifat teoritis dan praktis[6].
Dari berbagai pengertian pendidikan islam dapat kita simpulkan bahwa pendidikan islam adalah proses bimbingan dari pendidik yang mengarahkan anak didiknya kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan dan terbentuknya pribadi muslim yang baik.
Dari pengertian sejarah dan pendidikan islam maka dapat dirumuskan pengertian tentang sejarah pendidikan islam atau tarihut Tarbiyah islamiyah dalam buku Zuhairini yaitu:
1.    keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dari waktu ke waktu yang lain, sejak zaman lahirnya islam sampai dengan masa sekarang.
2.    Cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam, baik dari segi ide dan konsepsi maupun segi institusi dan operasionalisasi sejak zaman nabi Muhammad saw sampai sekarang[7].
Dra. Hasbullah merumuskan bahwa sejarah pendidikan islam yaitu:
1.    catatan peristiwa tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam dari sejak lahirnya sampai sekarang.
2.    Suatu cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam baik dari segi gagasan atau ide-ide, konsep, lembaga maupun opersinalisasi sejak zaman nabi Muhammad hingga saat ini[8].
Dari dua sumber yang merumuskan sejarah pendidikan islam dapat disimpulkan bahwa kedua penjelasan memiliki maksud yang sama yaitu peristiwa atau cabang ilmu pengetahuan mengenai pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam dari segi ide, konsep, lembaga operasionalisasi dari sejak zaman nabi Muhammad saw sampai sekarang.
B.   Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang mencakup tentang sejarah pendidikan Islam antara lain yaitu:  pengertian, metode, manfaat, objek, pentingnya mempelajari sejarah pendidikan islam dan juga hubungan sejarah pendidikan islam dengan ilmu-ilmu yang lainnya, serta situasi pendidikan pada zaman nabi, pada masa khulafaur rayidin, bani umaiyah, bani abbasiyah dan juga pada masa jatuhnya bagdad hingga sekarang[9].
C.  Objek
Objek kajian sejarah pendidikan islam adalah fakta-fakta pendidikan islam berupa informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam baik formal, informal dan non formal. Dengan demikian akan diproleh apa yang disebut dengan sejarah serba objek hal ini sejalan dengan peranan agama islam sebagai agama dakwah penyeru kebaikan, pencegah kemungkaran, menuju kehidupan yang sejahtera lahir bathin secara material dan spiritual. Namun sebagai cabang dari ilmu pengetahuan, objek sejarah pendidikan islam umumnya tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan dalam objek-objek sejarah pendidikan, seperti mengenai sifat-sifat yang dimilikinya. Dengan kata lain, bersifat menjadi sejarah serba subjek[10].
D.  Metode
Mengenai metode sejarah pendidikan islam, walaupun terdapat hal-hal yang sifatnya khusus, berlaku kaidah-kaidah yang ada dalam penulisan sejarah. Kebiasaan dari penelitian dan penulisan sejarah meliputi suatu perpaduan khusus keterampilan intelektual. Sejarahwan harus menguasai alat-alat analisis untuk menilai kebenaran materi-materi sebenarnya, dan perpaduan untuk mengumpulkan dan menafsirkan materi-materi tersebut kedalam kisah yang penuh makna, sebagai seorang ahli, sejarahwan harus mempunyai sesuatu kerangka berpikir kritis baik dalam mengkaji materi maupun dalam menggunakan sumber-sumbernya[11].
Untuk memahami sejarah pendidikan islam diperlukan suatu pendekatan atau metode yang bisa ditempuh adalah keterpaduan antara metode deskriptif, metode komparatif dan metode analisis sistensis.
Dengan metode deskriptif, ajaran-ajaran islam yang dibawa oleh Rosulullah saw, yang termaktub dalam Al-Qur’an dijelaskan oleh As-sunnah , khususnya yang langsung berkaitan dengan pendidikan islam dapat dilukiskan dan dijelaskan sebagaimana adanya. Pada saatnya dengan cara ini maka yang terkandung dalam ajaran islam dapat dipahami.
Metode komparatif mencoba membandingkan antara tujuan ajaran islam tentang pendidikan dan tuntunan fakta-fakta pendidikan yang hidup dan berkembang pada masa dan tempat tertentu. Dengan metode ini dapat diketahui persamaan dan perbedaan yang ada pada dua hal tersebut sehingga dapat diajukan pemecahan yang mungkin keduanya apabila terjadi kesenjangan.
Metode analisis sinsesis digunakan untuk memberikan analisis terhadap istilah-istilah atau pengertian-pengertian yang diberikan ajaran islam secara kritis, sehingga menunjukkan kelebihan dan kekhasan pendidikan islam. Pada saatnya dengan metode sintesis dapat diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang akurat dan cermat dari pembahasan sejarah pendidikan islam. Metode ini dapat pula didayagunakan untuk kepentingan proses pewarisan dan pengembangan budaya umat manusia yang islami[12].
Dalam penggalian dan penulisan sejarah pendidikan islam ada beberapa metode yang dapat dipakai antaranya:
1.    Metode Lisan dengan metode ini pelacakan suatu obyek sejarah dengan menggunakan interview.
2.    Metode Observasi dalam hal ini obyek sejarah diamati secara langsung.
3.    Metode Documenter dimana dengan metode ini berusaha mempelajari secara cermat dan mendalam segala catatan atau dokumen tertulis[13].
E.  Manfaat Sejarah Pendidikan Islam
Dengan mengkaji sejarah akan bisa memperoleh informasi tentang pelaksanaan pendidikan islam dari zaman Rosulullah sampai sekarang mulai dari pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, kemunduran, dan kebangkitan kembali tentang pendidikan islam. Dari sejarah dapat diketahui segala sesuatu yang terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan islam dengan segala ide, konsep, intitusi, sistem, dan operasionalisnya yang terjadi dari waktu ke waktu, jadi sejarah pada dasarnya tidak hanya sekedar memberikan romantisme tetapi lebih dari itu merupakan refleksi historis. Dengan demikian belajar sejarah pendidikan islam dapat memberikan semangat (back projecting theory) untuk membuka lembaran dan mengukir kejaya dan kemajuan pendidikan islam yang baru dan lebih baik. Dengan demikian sejarah pendidikan islam sebagai study tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan sejarah pendidikan sudah barang tentu sangat bermanfaat terutama dalam rangka memberikan sumbangan bagi pertumbuhan atau perkembangan pendidikan[14].
Secara umum sejarah memegang peranan penting bagi kehidupan umat manusia. Hal ini karena sejarah menyimpan atau mengandung kekuatan yang dapat menimbulkan dinamisme dan melahirkan nilai-nilai baru bagi pertumbuhan serta perkembangan kehidupan umat manusia. Sumber utama ajaran Islam (Al-Qur’an) mengandung cukup banyak nilai-nilai kesejarahan yang langsung dan tidak langsung mengandung makna benar, pelajaran yang sangat tinggi dan pimpinan utama khususnya umat islam. Ilmu tarikh (sejarah) dalam islam menduduki arti penting dan berguna dalam kajian dalam islam. Oleh karena itu kegunaan sejarah pendidikan meliputi dua aspek yaitu kegunaan yang bersifat umum dan yang bersifat akademis[15].
Sejarah pendidikan islam memiliki kegunaan tersendiri diantaranya sebagai faktor keteladanan, cermin, pembanding, dan perbaikan keadaan. Sebagai faktor keteladanan dapat dimaklumi karena al-Qur’an sebagai sumber ajaran islam banyak mengandung nilai kesejarahan sebagai teladan. Hal ini tersirat dalam Al-Qur’an :
‌‌‌‌‌‌‌‌‌‌‌‌‌لقد كان لكم فى رسول الله أسوة حسنة…..
Sesungguhnya telah ada pada diri Rosulullah itu suri tauladan yang baik bagimu sekalian ….( Q.S. Al-Ahzab: 21)
قل إن كنتم تُحِبُّون اللهَ فأتَّبِعونى يحببكم الله …..(31)
Katakanlah: “jika kamu (benar-benar)mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”……(Q.S. Ali-Imran:31)
…… واتَّبعوهُ لعلّكم تهتدون (158)
…. Dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk (Q.S Al-A’raaf:158)
Berpedoman pada ayat diatas umat islam dapat meneladani proses pendidikan islam semenjak zaman kerasulan Muhammad saw, Khulafaur Rasyidin, ulama-ulama besar dan para pemuka gerakan pendidikan islam.
Sebagai cermin ilmu sejarah berusaha menafsirkan pengalaman masa lampau manusia dalam berbagai kegiatan. Akan tetapi sejalan dengan perkembangan bahwa tidak semua kagiatan manusia berjalan mulus terkadang menemukan rintangan-rintangan tertentu sehingga dalam proses kegiatannya mendapat sesuatu yang tidak diharapkan, maka kita perlu bercermin atau dengan kata lain mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian masa lampau sehingga tarikh itu bagi masa menjadi cermindan dapat diambil manfaatnya khususnya bagi perkembangan pendidikan islam.
Sebagai pembanding, suatu peristiwa yang berlangsung dari masa ke masa tentu memiliki kesamaan dan kekhususan. Dengan demikian hasil proses pembanding antara masa silam, sekarang, dan yang akan datang diharapkan dapat memberi andil bagi perkembangan pendidikan islam karena sesungguhnya tarikh itu menjadi cermin perbandingan bagi masa yang baru.
Sebagai perbaikan, setelah berusaha menafsirkan pengalaman masa lampau manusia dalam berbagai kegiatan kita berusaha pula untuk memperbaiki keadaan yang sebelumnya kurang konstruktif menjadi lebih konstruktif[16].
Adapun kegunaan sejarah pendidikan islam yang bersifat akademis diharapkan dapat :
  1. Mengetahui dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam, sejak zaman lahirnya sampai masa sekarang.
  2. Mengambil manfaat dari proses pendidikan islam, guna memecahkan problematika pendidikan islam pada masa kini.
  3. Memiliki sikapn positif terhadap perubahan-perubahan dan pembaharuan-pembaharuan sistem pendidikan islam.
Selain itu sejarah pendidikan islam akan mempunyai kegunaan dalam rangka pembangunan dan pengembangan pendidikan islam. Dalam hal ini, sejarah pendidikan islam akan memberikan arah kemajuan yang pernah dialami sehingga pembangunan dan pengembangan itu tetap berada dalam kerangka pandangan yang utuh dan mendasar[17].
F.   Pentingnya dalam Mempelajari Sejarah Pendidikan Islam
Dari mengkaji sejarah kita dapat memperoleh informasi tentang pelaksaan pendidikan islam dari zaman Rosulullah sampai sekarang, mulai dari pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, kemunduran dan kebangkitan kembali dari pendidikan islam. Dari sejarah dapat diketahui bagaimana yang terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan islam dengan segala ide, konsep, institusi, sistem, dan opersionalnya yang terjadi dari waktu ke waktu[18].
Dalam ajaran islam, pendidikan mendapatkan posisi yang sangat penting dan tinggi karena pendidikan merupakan salah satu perhatian sentral (central attention) masyarakat. Pengalaman pembangunan di negara-negara sudah maju khususnya negara-negara di dunia Barat membuktikan betapa besar peran pendidikan dalam proses pembangunan.
Tepatnya dikatakan oleh Ghulam nabi Saqib Education may be used to help modernize a society, education, therefore is certainly the key to the modernization of muslim societies. Demikian juga tepat dapat dikatakan Jhon Dewey, pendidikan diartikan sebagai social continuty of life. Pendidikan juga diartikan, it mo kowly as transmission from some persons to others of the skills the arts and the science. Adapun Kant, mengartikan pendidikan sebagai care, discipline and instruction. Oleh karena itu, peranan pendidik sangat penting dan pendidikan hendaknya memenuhi kebutuhan masyarakat[19].
G. Hubungan Sejarah Pendidikan Islam dengan Ilmu yang lainnya
Pendidikan islam merupakan warisan dan perkembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman ajaran islam dalam rangka terbentuknya kepribadian utama menurut islam. Munculnya ilmu pendidikan telah memotivasi umat islam untuk menelusuri perjalanan sejarah pendidikan islam. Teori-teori yang berkaitan dalam dunia pendidikan besar gunanya dalam mengumpulkan fakta-fakta sejarah yang selanjutnya menempatkan fakta-fakta tersebut dalam konteks sejarahnya dengan demikian pembahasan sejarah pendidikan tidak sekedar menempatkan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan perkembangan dan perjalanan pendidikan islam sesuai dengan urutan-urutan peristiwa. Lebih dari itu sejarah pendidikan islam menuntut pengungkapan realitas sosial muslim untuk menjawab suatu peristiwa yang terjadi.
Dengan demikian sejarah pendidikan islam bukanlah ilmu berdiri sendiri namun merupakan bagian dari sejarah pendidikan secara umum. Sejarah pendidikan merupakan uraian sistematis dari segala sesuatu yang telah dipikirkan dan dikerjakan dalam lapangan pendidikan pada waktu yang telah lampau. Sejarah pendidikan menguraikan perkembangan pendidikan dari dahulu hingga sekarang[20] Oleh karena itu, sejarah pendidikan sangat erat kaitannya dengan beberapa ilmu antara lain:
1.    Sosiologi
Interaksi yang terjadi baik antara individu maupun antara golongan, dimana dalam hal ini menimbulkan suatu dinamika. Dinamika dan perubahan tersebut bermuara pada terjadinya mobilitas sosial semua itu berpengaruh pada sistem pendidikan islam. Serta kebijaksanaan pendidikan islam yang dijalankan pada suatu masa.
  1. Ilmu Sejarah
Membahas tentang perkembangan peristiwa-peristiwa atau kejadian –kejadian penting di masa lampau dan juga dibahas segala ikhwal “orang-orang besar” dalam struktur kekuasaan dalam politik karena umumnya orang-orang yang besar cukup dominan pengaruhnya dalam menetukan sistem, materi, tujuan pendidikan, yang berlaku pada masa itu.
  1. Sejarah Kebudayaan
Dalam hubungan ini pendidikan berarti pemindahan isi kebudayaan untuk menyempurnakan segala dan kecakapan anak didik guna menghadapi persoalan-persoalan dan harapan-harapan kebudayaannya, pendidikan islam adalah usaha mewariskan nilai-nilai budaya dari suatu generasi ke generasi selanjutnya. Oleh karenanya mempelajari sejarah kebudayaan dalam rangka memahami sejarah islam adalah sangat penting[21].

H.  Periodesasi Sejarah Pendidikan Islam
Sejarah pendidikan islam pada hakikatnya tidak terlepas dari sejarah islam. Oleh karenanya, periodesasi pendidikan islam berada dalam periode-periode sejarah islam itu sendiri. Prof. Dr. Harun Nasution secara garis membagi sejarah islam kedalam tiga periode yaitu periode klasik, pertengahan, dan modern[22].
Dalam buku Dra. Zuhairini dijelaskan bahwa periode-periode tersebut di bagi menjadi lima masa, yaitu:
1.    masa hidupnya Nabi Muhammad SAW (571-632 M)
2.    masa Khalifaur Rasyidin di Madinah ( 632-661 M)
3.    masa kekuasaan Umawiyah di Damsyik (661-750 M)
4.    masa kekuasaan Abbasiyah di Baghdad ( 750-1250)
5.    masa dari jatuhnya kekuasaan Khalifah di Bagdad tahun 1250 M s/d sekarang[23].








BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Dari sekian banyak penalaran di atas, mulai dari pengertian hingga periodesasi dapat kita simpulkan bahwa, pengertian sejarah pendidikan islam ialah proses bimbingan dari pendidik yang mengarahkan anak didiknya kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan dan terbentuknya pribadi muslim yang baik. Ruang lingkupnyapun sudah jelas bahwa sejarah pendidikan islam mencakup objek, manfaat, dan juga pentingnya sejarah pendidikan islam bagi para peserta didik dari berbagai kalangan.
Sejarah islam tidak hanya mempelajari pelajaran islam yang diajarkan seperti saat ini, tetapi juga memberikan pandangan tentang pendidikan yang berlangsung pada masa Nabi, khulafaur rasyidin, bani umaiyah maupun bani abbasiyah. Dan tak lain pula manfaat dari pembelajaran sejarah pendidikan islam serta mengetahui pentingnya pelajaran sejarah pendidikan islam bagi peserta didik.


[1] Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,(Jakarta: PT Raja Garfindo Persada, 1995), h. 1
[2] Departemen Agama, rekontruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), h. 1

[3] A. Mustafa, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 11
[4] Armai Arief, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendiidikan Islam klasik, (Bandung: Percetakan Angkasa, 2005), h. 4
[5]A. Mustafa, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 11
[6] http//forum.dudung.net.
[7] Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam,( Jakarta : Bumi Aksara, 1997), h. 2
[8] Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Garfindo Persada, 1995), h. 8-9
[9] Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2001), h. 30
[10] A. Mustafa, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 14.
[11] Ibid, h.14
[12] Enung K Rukiati,Sejarah Pendidikan Islam di indonesia,(Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h. 14-15.
[13] Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Garfindo Persada, 1995), h. 10
[14] Departemen Agama, rekontruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), h. 18
[15] A. Mustafa, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), h. 16.
[16] Enung K Rukiati, Sejarah Pendidikan Islam di indonesia,(Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h. 17.
[17] Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1997), h. 2
[18] Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001), h.11.
[19] Departemen Agama, rekontruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), h. 7
[20] Departemen Agama, rekontruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005),h. 11
[21] Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Garfindo Persada, 1995), h. 11-12

[22] Enung K Rukiati, Sejarah Pendidikan Islam di indonesia, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h. 17.
[23] Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1997), h. 5