Jumat, 03 Januari 2014

konsep umum psikologi pembelajaran PAI



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kegiatan belajar termasuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), sangat erat dengan muatan psikologis. Dengan kata lain, banyak aspek psikologis dalam proses pembelajaran yang harus dipahami oleh seorang pendidik demi tercapainya tujuan pendidikan. Mengabaikan aspek-aspek psikologis dalam pembelajaran akan berakibat kegagalan. Untuk dapat memahami berbagai aspek psikologis dalam pembelajaran, termasuk pembelajaran PAI, guru harus memahami berbagai konsep psikologi, khususnya psikologi belajar.
Telah disebutkan di atas bahwa belajar dan mengajar merupakan konsep yang bermuatan psikologis. Islam melalui surat Al-Alaq dan Al-Muddatsir telah meletakkan dasar-dasar konsep psikologi bagi kehidupan manusia, khususnya dalam aktivitas belajar mengajar, terlebih khusus lagi pembelajaran PAI. Konsep dalam kedua ayat tersebut merupakan konsep ideal. Oleh karena itu wajarlah bila teori dan konsep psikologi pendidikan di dasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah.
Banyak hal yang perlu dikuasai oleh seorang pendidik, bukan hanya hal-hal yang kasat mata dan lahiriah, tetapi juga harus menguasai hal-hal yang bersifat batiniah. Misalnya memahami perasaan, keinginan, jalan pikiran, dan emosi siswa, yang kesemuanya tercakup dalam ranah psikologi. Tanpa keahlian tersebut, pendidik tidak akan mampu memaksimalkan potensi siswa. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai psikologi khususnya psikologi pembelajaran PAI.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa makna dari Psikologi Pembelajaran PAI ?
2.      Bagaimana konsep dasar mengenai Psikologi Pembelajaran PAI ?
3.      Bagaimana peran dan urgensi  Psikologi Pembelajaran PAI ?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui dan memahami makna dari Psikologi Pembelajaran PAI.
2.      Mengetahui dan memahami mengenai konsep dasar Psikologi Pembelajaran PAI
3.      Mengetahui dan memahami peran, dan urgensi Psikologi Pembelajaran PAI.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Makna Psikologi Pembelajaran PAI
1.      Pengertian Psikologi dan sejarah singkatnya
Secara bahasa, kata Psikologi berasal dari Bahasa Inggris psychology. Kata ini diadopsi dari Bahasa Yunani yang berakar dari dua kata yaitu psyche yang berarti jiwa atau roh, dan logos berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi dapat diartikan sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan.
Beberapa ahli memberikan pendapat mengenai arti psikologi. RS. Woodworth berkata  Psychology can be defined as the science of the activities of the individual” (Woodworth, 1955:3). Ngalim Purwanto (1996:12) menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Tingkah laku disini meliputi segala kegiatan yang tampak maupun yang tidak tampak, yang dilakukan secara sadar atau tidak sadar. Sedang Sarwono (1976) mendefinisikan psikologi dalam tiga definisi. Pertama, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan. Kedua, psikologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat manusia. Ketiga, psikologi adalah ilmu yang mempelajari respon yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.[1]
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
Pada dasarnya, psikologi menyentuh banyak bidang kehidupan diri organisme, baik manusia maupun hewan. Psikologi berhubungan dengan penyelidikan mengenai bagaimana dan mengapa organisme-organisme itu berbuat atau melakukan sesuatu. Akan tetapi secara lebih spesifik, psikologi lebih banyak dikaitkan dengan kehidupan organisme manusia. Dalam hubungan ini, psikologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan juga memahami bagaimana manusia berpikir dan berperasaan.
Awalnya psikologi digunakan para ilmuwan dan para filosof untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam memahami akal pikiran dan tingkah laku aneka ragam makhluk hidup. Sebelum menjadi disiplin ilmu yang otonom, psikologi termasuk dalam pembahasan filsafat. Namun kemudian psikologi melepaskan diri dari filsafat dan menjadi disiplin ilmu yang otonom pada tahun 1879 saat William Wund (1832-1920) mendirikan laboratorium psikologi di Jerman.[2]
Sebagai suatu disiplin ilmu yang telah berdiri sendiri, psikologi telah banyak dipergunakan dan diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, pengajaran, ekonomi, perdagangan, industri, hukum, politik, militer, sosial, kepemimpinan, pelatihan dan agama. Penggunaan dan implementasi disiplin ilmu psikologi dalam bidang-bidang kehidupan di atas, kemudian timbul berbagai cabang psikologi yang mengkaji tingkah laku manusia dalam situasi yang lebih khusus, baik untuk tujuan teoritis maupun praktis.[3] Salah satu cabang psikologi yang mengkaji suatu obyek secara khusus adalah psikologi belajar (Psikologi Belajar PAI).
2.      Pengertian Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), secara etimologis belajar memiliki arti "berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman". Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu.[4]
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku manusia berdasarkan pengalaman dan latihan, dari belum tahu menjadi tahu, dari pengalaman yang sedikit kemudian bertambah.
Hilgard sebagaimana dikutip Wina Sanjaya menulis bahwa Learning is the process by wich an activity originates or changed through training producers (wether in the laboratory or in the natural enviorenment). Bagi Hilgard, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik melalui kegiatan berupa pelatihan baik di laboratorium maupun di lingkungan yang alamiah. Hal ini dimaksudkan bahwa dari manapun sumber perubahan itu asalkan melaui pelatihan maupun pengalaman dapat dikatakan sebagai kegiatan belajar, dan yang penting untuk proses perubahan tingkah laku ini ditimbulkan sebagai akibat adanya interaksi dengan lingkungan sekitar.
Surya (1997:9) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam  interaksi dengan lingkungannya.
Relevan dengan Surya, Slameto (1991:2) dan Ali (1987:14) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam  interaksi dengan lingkungannya.
Belajar itu sendiri merupakan suatu upaya membelajarkan atau suatu upaya mengarahkan aktivitas siswa kearah aktivitas belajar. Di dalam proses pembelajaran terkandung dua aktivitas sekaligus, yaitu aktivitas mengajar (guru) dan aktivitas belajar (siswa). Proses pembelajaran merupakan proses interaksi, yaitu antara guru dan siswa dan antara siswa dan siswa. Proses pembelajaran merupakan situasi psikologis, dimana banyak ditemukan aspek-aspek psikologis dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung.  Oleh karena itu, guru dituntut memiliki pemahaman tentang psikologi guna memecahkan berbagi persoalan psikologis yang muncul dalam proses pembelajaran.[5]
3.      Pengertian Pendidikan Agama Islam
Salah satu hal terpenting dalam kebudayaan Islam adalah Pendidikan. Karena melalui proses pendidikan semua nilai-nilai, norma-norma dan pengetahuan disalurkan dari satu generasi ke generasi berikunya. Dalam kaitannya dengan Pendidikan Islam, Pendidikan berfungsi sebagai sarana untuk menyalurkan nilai-nilai dan ajaran Islam untuk membetuk manusia yang taqwa baik dalam berfikir, bertindak, dan berperilaku.[6]
Adapun Pendidikan Agama Islam sendiri menurut Hasan Langgulung merupakan suatu proses atau segala macam aktivitas yang berusaha membimbing dan memberi suatu tauladan ideal yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi serta mempersiapkan bagi kehidupan dunia dan akhirat. Dalam hal ini Hasan Langgulung lebih memberikan gambaran yang jelas tentang arah dari pendidikan Islam tersebut yaitu mempersiapkan individu dalam menempuh kehidupan di dunia dan akhirat. definisi lain menyebutkan “Pendidikan Islam diartikan sebagai rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup seseorang yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan dalam  kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual dan sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitarnya dimana ia hidup. Proses tersebut senantiasa berada dalam  nilai-nilai yang melahirkan norma-norma syariah dan akhlaq al-karimah.[7] Ada pula yang memberikan pengertian bahwa Pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku dalam kehidupan, baik individu atau bermasyarakat serta berinteraksi dengan alam sekitar melalui proses kependidikan berlandaskan Islam.
Menurut Ahmad D. Marimba, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan kata lain, Beliau mengatakan kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.[8]
     Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan itu ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadi ajaran agama Islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun kelak di akhirat.[9]
     Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Islam agar terbentuknya kepribadian Islam. Dengan bimbingan tersebut anak dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam secara menyeluruh. Hal itu dilakukan demi keselamatan di dunia dan akhirat.
Merujuk pada pengertian psikologi diatas dalam pengertian yang lebih luas, psikologi belajar PAI dapat dimaknai dengan suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji atau mempelajari tingkah laku individu (manusia), didalam usaha mengubah tingkah lakunya yang dilandasi oleh nilai-nilai ajaran islam dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses pendidikan.
Secara lebih sempit psikologi belajar PAI dapat dimaknai sebagai suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku individu (siswa) dalam usaha mengubah tingkah lakunya yang dilandasi oleh nilai-nilai ajaran Islam melalui proses pembelajaran PAI.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat di pahami bahwa psikologi belajar PAI pada dasarnya mencurahkan perhatiannya pada perilaku (perbuatan-perbuatan) ataupun tindak tanduk orang-orang yang melakukan kegiatan belajar dan mengajar atau orang-orang yang terlibat langsung dalam prosess pembelajaran khususnya dalam pembelajaran PAI.[10]

B.     Konsep Dasar Psikologi Pembelajaran PAI
1.      Teori-teori Belajar
a.       Teori Belajar Behavioristik
Menurut pandangan ini, belajar adalah perubahan tingkah laku, dengan cara seseorang berbuat pada situasi tertentu. Yang dimaksud tingkah laku disini ialah tingkah laku yang dapat diamati ( berfikir dan emosi tidak menjadi perhatian dalam pandangan ini, karena tidak dapat diamati secara langsung. Diantara keyakinan prinsipil yang terdapat dalam pandangan ini ialah anak lahir tanpa warisan kecerdasan, bakat, perasaan, dan warisan abstrak lainnya. Semua kecakapan timbul setelah manusia melakukan kontak dengan lingkungan. (J.B. Watson, E.L. Thorndike, dan B.F. Skinner)
b.      Teori Belajar Kognitif
Belajar adalah proses internal mental manusia yang tidak dapat diamati secara langasung. Perubahan terjadi dalam kemampuan seseorang untuk bertingkah laku dan berbuat dalam situasi tertentu, perubahan dalam tingkah laku hanyalah suatu refleksi dari perubahan internal dan tak dapat diukur tanpa dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental. (aspek-aspek yang tidak dapat diamati seperti pengetahuan, arti, perasaan, keinginan, kreatifitas, harapan dan pikiran). (Jean Piaget, Robert Glaser, John Anderson, Jerome Bruner, dan David Ausubel)
c.       Teori Belajar Humanistik
Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan.
Dalam hal ini, James Bugental (1964) mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama dari psikologi humanistik, yaitu:
1)      Keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen,
2)      Manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya,
3)      Manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain,
4)      Manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihanya, dan
5)      Manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan kreativitas.[11]
2.      Ruang lingkup Psikologi Belajar PAI
Psikologi belajar sebagai disiplin ilmu yang merupakan cabang psikologi, yang kajiannya dikhususkan pada masalah belajar, maka psikologi belajar memiliki ruang lingkup di sekitar masalah belajar. Psikologi belajar memiliki ruang lingkup yang secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga pokok bahasan, yaitu masalah belajar, proses belajar, dan situasi belajar.
Pokok bahasan mengenai belajar : Teori-teori belajar; Prinsip-prinsip belajar; Hakikat belajar; Jenis-jenis belajar; Aktivitas-aktivitas belajar; Teknik belajar efektif; Karakteristik perubahan hasil belajar; Manifestasi perilaku belajar; dan Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
Pokok bahasan mengenai proses belajar : Tahapan perbuatan belajar; Perubahan-perubahan jiwa yang terjadi selama belajar; Pengaruh pengalaman belajar terhadap perilaku individu; pengaruh motivasi terhadap perilaku belajar;  Signifikasi perbedaan individual dalam kecepatan memproses kesan dari keterbatasan individu dalam belajar; dan Masalah proses lupa dan kemampuan individu memproses perolehannya melalui transfer belajar.
Pokok bahasan mengenai situasi belajar : Suasana dan keadaan lingkungan fisik, non -fisik, sosial dan non-sosial.[12]
3.      Tujuan Psikologi Belajar
Selanjutnya psikologi belajar juga bertujuan memberikan solusi atau perbaikan atas masalah yang di hadapi murid dalam belajar, sehingga murid tidak kesulitan dalam menerima transfer ilmu dari guru dan melakukan pembelajaran dengan menyenangkan.[13] 
4.      Metode-metode dalam Psikologi Pembelajaran PAI
Ada beberapa metode riset yang sudah lazim digunakan dalam psikologi, yaitu sebagai berikut :
1)      Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah untuk mengetes keyakinan atau pendapat tentang tingkah laku manusia dalam situasi atau kondisi tertentu. Dengan kata lain, eksperimen dilakukan dengan anggapan bahwa semua situasi atau kondisi dapat dikontrol dengan teliti, yang keadaannya berbeda dari observasi yang dikontrol. Melalui usaha eksperimen demi eksperimen, kemudian kebenaran-kebenaran psikologis yang semula didasarkan atas terkaan, pemikiran dan perenungan, kini didasarkan atas percobaan-percobaan.
Untuk mendukung pelaksanaan eksperimen, paling tidak menggunakan dua kelompok yang diperbandingkan. Kelompok pertama sebagai kelompok “kontrol,” dan kelompok kedua sebagai kelompok “eksperimen”. Fungsi kelompok kontrol adalah untuk mengecek pengaruh dari faktor eksperimen atau variable independent; dan kelompok kontrol tersebut sedapat mungkin diusahakan sama dengan kelompok eksperimen.
Lewat metode eksperimen banyak aspek belajar dapat diteliti dengan baik, yang hasilnya dapat disumbangkan bagi kelancaran proses interaksi edukatif di kelas. Misalnya meneliti tentang keefektifan komparatif dari metode-metode mengajar yang berbeda (seperti metode diskusi versus metode ceramah) untuk mempelajari informasi yang factual.
2)      Metode Observasi
Metode observasi adalah metode untuk mempelajari gejala kejiwaan melalui pengamatan dengan sengaja, teliti, sistematis. Metode observasi terbagi menjadi dua : pertama, metode introspeksi yaitu metode untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaan dengan jalan meninjau gejala-gejala jiwa sendiri secara sengaja, teliti, dan sistematis. Kedua, metode ekstrospeksi yaitu metode untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaan dengan jalan mempelajari peristiwa-peristiwa jiwa orang lain dengan sistematis. Atau metode yang dilakukan dengan sengaja oleh satu atau lebih dari seorang.
Melalui penerapan metode ini laporan-laporan yang ditulis akan dapat menghasilkan informal yang objektif, lebih-lebih yang dilakukan oleh orang yang terlatih, terampil, dan yang berpengalaman. Studi observasi telah banyak dilakukan terhadap hubungan sosial yang diperlihatkan oleh anak-anak pada taman kanak-kanak dan dalam situasi permainan bebas.
3)      Metode Genetik
Metode ini juga disebut metode perkembangan, merupakan teknik observasi yang digunakan masa pertumbuhan mental dan fisik anak dan juga hubungannnya dengan anak-anak lain dan orang-orang dewasa, yakni perkembangan sosialnya, kemudian dicatat dengan cermat. Pendekatannya bisa menempuh satu atau dua pendekatan sekaligus, yaitu pendekatan horizontal dan vertikal.  Pendekatan horizontal digunakan untuk memperoleh data. Misalnya, mengenai pertumbuhan kecerdasan, gerak, dan perasaan anak sejak lahir sampai masa tertentu. Sedangkan pendekatan vertikal digunakan untuk individu atau sekompok individu sejak lahir sejak lahir dan seterusnya.
4)      Metode Riwayat Hidup atau Klinis
Metode riwayat hidup adalah metode untuk menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dengan jalan mengumpulkan riwayat hidup sebanyak-banyaknya, baik yang ditulis sendiri maupun yang ditulis olah orang lain.
Lewat metode ini biasanya penerapannya terbatas untuk mencoba memecahkan kesulitan-kesulitan belajar yag benar-benar dihadapi pelajari. Tujuannya untuk mendiagnosis.
Metode riwayat hidup memasukkan riwayat hidup masa lalu, status, dan keadaannya yang sekarang dari seorang individu, yang kemudian dapat digunakan oleh konselor untuk memberikan perbaikan. Oleh karena itu, studi kasus yang disusun dengan hati-hati, sudah  tentu akan memasukkan data mengenai latar belakang keluarga dan sosial, kesehatan jasmani dan perkembangan emosi, serta pengalaman pendidikannya. Termasuk pula minat, hobi, emosi, dan kegiatan individu di masa sekarang, yang semuanya relevan dengan masalah yang hendak dipecahkan. Data dimaksud bisa diperoleh lewat wawancara atau angket. Kemudian haruslah dianalisis yang diarahkan kepada diagnosis dan perbaikan.
5)      Metode Tes
Tes adalah suatu alat yang di dalamnya berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang dikerjakan, untuk mendapatkan gambaran-gambaran tentang kejiwaan seseorang atau kelompok.
Tes merupakan instrumen riset yang penting dalam psikologi masa sekarang. Ia digunakan untuk mengukur semua jenis kemampuan, minat, bakat, prestasi, sikap, dan ciri kepribadian. Pada pokoknya suatu tes mengemukakan suatu situasi yang seragama pada sekolompok orang yang berbeda-beda pada aspek-apke yang yang relevan dengan situasi tersebut.[14]
Itulah metode-metode yang digunakan dalam psikologi belajar untuk meniliti dan menelaah permasalahan yang terjadi dalam belajar. namun, masih banyak metode-metode lainnya. Metode-metode tersebut digunakan mencari permasalahan dan memberikan perbaikan agar terjadi proses pembelajaran yang baik dan sebagai timbal balik antara masalah dengan solusi. Metode-metode tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga tidak ada yang paling diunggulkan dari metode tersebut. Metode tersebut akan baik jika disesuai dengan apa yang ingin diteliti.
5.      Prinsip-prinsip Psikologi Pembelajaran PAI
Proses pembelajaran dalam pendidikan Islam selalu memperhatikan perbedaan individu peserta didik serta menghormati harkat, martabat dan kebebasan berpikir mengeluarkan pendapat dan menetapkan pendiriannya, sehingga bagi murid belajar merupakan hal yang menyenangkan dan mendorong perkembangan kepribadiannya secara optimal.
Adapun prinsip-prinsip dalam pembelajaran PAI adalah sebagai berikut :
1)      Perbedaan minat, dan perhatian.
Menurut Crow dan Crow, minat merupakan sebagai kekuatan pendorong yang menyebabkan individu memberikan perhatian kepada seseorang, atau kepada aktifitas-aktifitas tertentu. Untuk itu dalam kegiatan pembelajaran kalau bahan pelajaran diambil dari pusat-pusat minat murid, dengan sendirinya perhatian spontan akan timbul sehingga belajar akan berlangsung dengan baik.
Sedangkan perhatian salah satu faktor psikologis yang dapat membantu terjadinya interaksi dalam proses pembelajaran. Kondisi ini dapat terbentuk melalui dua hal yaitu  pertama, yang timbul secara instrinsik dan yang kedua, melalui bahan pelajaran.
2)      Perbedaan cara belajar
Cara belajar anak didikk dapat dikategorikan ke dalam empat cara, yaitu : (1) Cara belajar somatic, adalah yang lebih menekankan pada aspek gerak tubuh atau belajar dengan melakukan, (2) Cara belajar auditif, adalah cara belajar yang lebih menekankan pada aspek pendengaran, (3) Cara belajar visual, adlah cara belajar yang lebih menekankan pada aspek gambar atau penglihatan, (4) Cara belajar intelektual, adalah cara belajar yang lebih menekankan pada aspek penalaran atau logika.
3)      Perbedaan kecerdasan
Peserta didik mempunyai kecerdasan yang berbeda. Kecerdasan yang dimaksud adalah : kecerdasan linguistik, logis-matematis, spasial, musikal, kinestetis-jasmani, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Agar semua kecerdasan dapat dikembangkan maka proses pembelajaran hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap potensi kecerdasan yang dimiliki peserta didik tersebut berkembang dengan baik. Dalam pendidikan Islam  diutamakkan adalah kecerdasan spritual dan emosional.
4)      Belajar dengan melakukan
Pendidikan modern menekankan pada kegiatan anak dalam proses pembelajaran. Anak aktif mencari sendiri dan bekerja sendiri. Dengan demikian anak akan lebih bertanggungjawab dan berani mengmabil keputusan sehingga pengertian mengenai suatu persoalan benar-benar mereka pahami dengan baik.
Dalam pendidikan Islam, misalnya, pada pelajaran ibadah sholat, sifat, anak yang suka bergerak perlu dipergunakan baik-baik dengan dramatisasi, dramaswisata ke tempat peribadahan, bersama-sama membersihkan tempat sholat dan lain-lain.
5)      Mengembangkan kemampuan sosial
Kegiatan pembelajaran tidak hanya mengoptimalkan kemampuan individual secaa internal, melainkan juga mengasah kemampuan peserta didik untuk membangun hubungan dengan pihak lain. Melalui interaksi dengan teman atau dengan guru.  Seperti, diskusi, saling bertanya, dan saling menjelaskan.
6)      Mengembangkan keingintahuan
Setiap manusia tidak akan pernah diam manakala berhadapan dengan hal-hal yang baru. Manusia bersifat peka, kritis, dan kreatif terhadap yang baru, dan berusahan mempelajarinya sampai semua itu terjawab dan jawabannya menjadi puas. Kebutuhan rasa ingin tahu itulah mendorong manusia untuk mempelajari segala sesuatu dalam hidupnya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara Tanya jawab, diskusi, musyawarah dan lain-lain.
7)      Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah
Peserta didik perlu dilatih untuk memecahkan masalah agar ia berhasil dalam kehidupannya. Hal ini dengan cara berdiskusi.
8)      Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi
Peserta didik perlu mengenal penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi sejak dini. Supaya anak tidak asing dengan perkembangan ilmu dan teknologi, oleh karena itu guru hendaknya mengaitkan materi yang disampaikan dengan kemajuan ilmu dan teknologi.[15]

C.    Peran dan Urgensi Psikologi Pembelajaran PAI
Bagi seorang guru, yang tugas utamanya adalah mengajar, sangat penting memahami psikologi belajar. kegiatan pembelajaran, termasuk pembelajaran pendidikan agama Islam, sarat dengan muatan psikologis. mengabaikan aspek – aspek psikologis dalam proses pembelajaran akan berakibat kegagalan, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai. Beberapa peran penting psikologi dalam proses pembelajaran adalah :
1.      Memahami siswa sebagai pelajar, meliputi perkembangannya, tabiat, kemampuan, kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian, dan lain-lain
2.      Memahami prinsip – prinsip dan teori pembelajaran
3.      Memilih metode – metode pembelajaran dan pengajaran
4.      Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran
5.      Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif
6.      Memilih dan menetapkan isi pengajaran
7.      Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
8.      Memilih alat Bantu pembelajaran dan pengajaran
9.      Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran
10.  Memahami dan mengembangkan kepribadian dsan profesi guru
11.  Membimbing perkembangan siswa[16]
Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa antara proses perkembangan dengan proses belajar mengajar memiliki keterkaitan. Sehubungan dengan ini, setiap guru sekolah selayaknya memahami seluruh proses dan perkembangan manusia, khususnya siswa. Pengetahuan mengenai proses dan perkembangan dan segala aspeknya itu sangat bermanfaat, antara lain :
1.      Guru dapat memberikan layanan dan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada siswa dengan pendekatan yang relefan denga tingakat perkembangannya
2.      Guru dapat mengantisipasi kemungkinan – kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa tertentu
3.      Guru dapat memertimbangkan waktu yang tepat dlam memulai aktifitas proses belajar mengajar bidang studi tertentu
4.      Guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan – tujuan pengajaran sesuai dengan kemampuan psikologisnya
Dari beberapa peranan psikologi belajar di atas, dapat kita khususkan sebagai berikut :
1.      Psikologi belajar memiliki peranan penting dalam membantu mempersiapkan guru atau calon guru yang professional
2.      Pengetahuan tentang psikologi belajar diharapkan mampu membantu memecahkan permasalahan siswa dalam belajar
3.      Pengetahuan tentang psikologi belajar memudahkan penerapan pengetahuan, pendekatan dan komunikasi kepada anak didik
4.      Pengetahuan tentang psikologi belajar membantu mencipatakan suasana edukatif dan efektif



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Makna Psikologi Pembelajaran PAI
Secara bahasa, kata Psikologi berasal dari Bahasa Inggris psychology. Kata ini diadopsi dari Bahasa Yunani yang berakar dari dua kata yaitu psyche yang berarti jiwa atau roh, dan logos berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi dapat diartikan sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Sedangkan secara istilah psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam  interaksi dengan lingkungannya.
Pendidikan Agama Islam adalah usaha mengubah tingkah laku dalam kehidupan, baik individu atau bermasyarakat serta berinteraksi dengan alam sekitar melalui proses kependidikan berlandaskan Islam.
Merujuk pada pengertian psikologi diatas dalam pengertian yang lebih luas, psikologi belajar PAI dapat dimaknai dengan suatu ilmu pengetahuan yang mengkaji atau mempelajari tingkah laku individu (manusia), didalam usaha mengubah tingkah lakunya yang dilandasi oleh nilai-nilai ajaran islam dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses pendidikan.
Secara lebih sempit psikologi belajar PAI dapat dimaknai sebagai suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku individu (siswa) dalam usaha mengubah tingkah lakunya yang dilandasi oleh nilai-nilai ajaran Islam melalui proses pembelajaran PAI.
2.      Konsep dasar Psikologi Pembelajaran PAI
a.       Teori-teori Belajar
b.      Ruang lingkup Psikologi Pembelajaran PAI
c.       Tujuan Psikologi Pembelajaran PAI
d.      Metode-metode dalam Psikologi Pembelajaran PAI
e.       Prinsip-prinsip Psikologi Pembelajaran PAI
3.      Peran dan Urgensi Psikologi Pembelajaran PAI
Beberapa peran penting psikologi dalam proses pembelajaran adalah :
a.       Memahami siswa sebagai pelajar, meliputi perkembangannya, tabiat, kemampuan, kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian, dan lain-lain
b.      Memahami prinsip – prinsip dan teori pembelajaran
c.       Memilih metode – metode pembelajaran dan pengajaran
d.      Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran
e.       Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif
f.       Memilih dan menetapkan isi pengajaran
g.      Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
h.      Memilih alat Bantu pembelajaran dan pengajaran
i.        Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran
j.        Memahami dan mengembangkan kepribadian dsan profesi guru
k.      Membimbing perkembangan siswa
Adapun Urgensi Psikologi Pembelajaran PAI :
a.       Guru dapat memberikan layanan dan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada siswa dengan pendekatan yang relefan denga tingakat perkembangannya
b.      Guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan – tujuan pengajaran sesuai dengan kemampuan psikologisnya
c.       Psikologi belajar memiliki peranan penting dalam membantu mempersiapkan guru atau calon guru yang professional
d.      Pengetahuan tentang psikologi belajar diharapkan mampu membantu memecahkan permasalahan siswa dalam belajar
e.       Pengetahuan tentang psikologi belajar memudahkan penerapan pengetahuan, pendekatan dan komunikasi kepada anak didik
f.       Pengetahuan tentang psikologi belajar membantu mencipatakan suasana edukatif dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Marimba D.  1986. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Al-Ma’arif.
Arifin, A. 2004. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara.
Djamarah, Saiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Ramayulis. 2009. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Kalam Mulia.
Sarwono, S.A. 1976. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Bulan Bintang.
Surya, M. Psikologi Pembelajaran Dan Pengajaran. Bandung: Psikologi Pendidikan dan Bimbingan IKIP Bandung.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Grafindo Persada.
Tim Studi Islam IAIN Sunan Ampel. 2010. Pengantar Studi Islam. Surabaya: SUNAN AMPEL PRESS.
Tohirin. 2006. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Zuhdiyah. 2009. Pendidikan Agama Islam. Palembang : Universitas PGRI.
Zainiyati, Husniyatul Salamah. 2010. Model dan Strategi Pembelajaran Aktif : Teori dan Praktek dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.Surabaya: Putra Media Nusantara.


[1] S.A. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), 8-9.
[2] Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 4-5.
[3] M. Surya, Psikologi Pembelajaran Dan Pengajaran, (Bandung: Psikologi Pendidikan dan Bimbingan IKIP Bandung), 4-5.
[4] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 163.
[5] Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 8-9.
[6] Tim Studi Islam IAIN Sunan Ampel, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: SUNAN AMPEL PRESS, 2010), 187.
[7] A. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 2004), 27.
[8] Marimba D. Ahmad,  Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Al-Ma’arif : Jakarta, 1986), 23.
[9] Zuhdiyah, Pendidikan Agama Islam (Palembang : Universitas PGRI, 2009), 6-7.

[10] Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 10-11.

[11] Husniyatul Salamah Zainiyati, Model dan strategi Pembelajaran aktif : Teori dan Praktek dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Putra Media Nusantara, 2010), 45-57.
[12] Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), 3-4.
[13] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rajawali Grafindo Persada, 2010), 65.

[14] Ibid., 4-8.
[15] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta : Kalam Mulia, 2009), 95-103.
[16] Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 14- 15.